GLOBAL-ISLAM.COM -Wahai umat Islam !
Iri hati akan semakin buruk apabila terjadi di antara orang-orang yang bergelut
di bidang ilmu dan dikenal sebagai orang yang baik dan rajin berdakwah. Iri
hati banyak terjadi di antara kolega, teman sejawat dan rekan-rekan. Dan juga
terjadi di kalangan wanita dan orang-orang yang berambisi meraih jabatan dan
kedudukan. Terkadang diantara teman-teman sejawat ada orang yang melejit dan
mengungguli teman-temannya. Lalu anak panah dengki berhamburan ke arahnya dan
beragam tipu daya serta dendam pun dilancarkan kepadanya. Sehingga tali
persaudaraan putus, lalu timbul rasa dendam, benci dan memusuhi. Anda bisa
menemukan banyak kasus semacam itu di tengah masyarakat. Betapa banyak
orang-orang yang saling mendengki ! Betapa banyak orang-orang yang suka
memutuskan hubungan dan bermusuhan! Mudah-mudahan Allah berkenan memberi mereka
hidayah. Tidak mengherankan bila musuh-musuh Islam menaruh dengki kepada umat
Islam. Yang mengherankan adalah meraknya saling mendengki antar sesama muslim.
Iri dan dengki merupakan
sifat tidak terpisahkan dari diri manusia. Banyak orang tidak bisa menghindarkan
dirinya dari sifat iri dan dengki, yang kerap muncul dari berbagai hal yang
ditemuinya. Misal, dengki kepada tetangga yang punya mobil baru, dengki kepada
saudara yang penghasilannya tinggi, dengki kepada teman yang naik jabatan dan
sebagainya. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Adakah penyembuhnya?
Hakekat Dengki
Rasa dengki dan iri baru tumbuh ketika orang lain menerima nikmat. Biasanya, jika seseorang mendapatkan nikmat, maka ada dua sikap pada manusia. Pertama, benci terhadap nikmat yang diterima kawannya dan senang bila nikmat itu hilang daripadanya. Sikap inilah yang disebut hasud, dengki dan iri hati. Kedua, ia tidak menginginkan nikmat itu hilang dari kawannya, tapi ia berusaha keras bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu. Sikap kedua ini dinamakan ghibthah (keinginan). Yang pertama dilarang sedang yang kedua diperbolehkan.
Rasa dengki dan iri baru tumbuh ketika orang lain menerima nikmat. Biasanya, jika seseorang mendapatkan nikmat, maka ada dua sikap pada manusia. Pertama, benci terhadap nikmat yang diterima kawannya dan senang bila nikmat itu hilang daripadanya. Sikap inilah yang disebut hasud, dengki dan iri hati. Kedua, ia tidak menginginkan nikmat itu hilang dari kawannya, tapi ia berusaha keras bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu. Sikap kedua ini dinamakan ghibthah (keinginan). Yang pertama dilarang sedang yang kedua diperbolehkan.
Dalam bahasa sarkasme,
pendengki adalah orang yang senang melihat orang lain dilanda bencana, dan itu
disebut syamatah. Syamatah dengan hasad selalu berkait.
Allah menggambarkan sikap dengki ini dalam firmanNya: “Bila kamu memperoleh kebaikan,
maka hal itu menyedihkan mereka, dan kalau kamu ditimpa kesusahan maka mereka
girang karenanya.” (QS Ali Imran: 120)
Dengki juga merupakan
sikap orang-orang ahli Kitab. Allah berfirman: “Kebanyakan orang-orang ahli
Kitab menginginkan
supaya mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman,
disebabkan karena kedengkian (hasad) yang ada dalam jiwa mereka.” (QS Al
Baqarah : 109)
Kedengkian pula yang
menyebabkan saudara-saudara Nabi Yusuf a.s ingin menghabisi nyawanya. (lihat QS
Yusuf: 8-9)
Terhadap orang-orang
pendengki tersebut Allah dengan keras mencela: “Apakah mereka dengki
kepada manusia lantaran karunia yang Allah berikan kepadanya?” ; …Dan
cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang menyala-nyala apinya.” (QS An Nisaa’ :
54-55)
Rasa dengki umumnya
muncul karena kecintaan
pada dunia dan biasanya terjadi pada orang-orang terdekat, misalnya
antarkeluarga, teman, tetangga dan orang-orang berdekatan lainnya. Sebab rasa
dengki itu timbul karena saling berebut pada satu tujuan. Hal tersebut tak akan
terjadi pada orang-orang yang saling berjauhan, karena pada keduanya tidak ada
ikatan sama sekali.
Sebab-sebab Dengki:
1.
Permusuhan; Ini adalah
penyebab kedengkian yang paling parah. Seseorang tidak suka melihat orang lain
yang menjadi musuhnya
memperoleh nikmat. Kedengkian itu akan terus muncul, selama permusuhan terjadi.
2.
Ta’azzuz (merasa paling mulia); Ia keberatan bila ada
orang lain melebihi dirinya. Ia takut jika orang lain mendapatkan kekuasaan
pengetahuan atau harta yang bisa mengungguli dirinya.
3.
Takabur atau sombong;
Ia memandang remeh orang lain dan karena itu ia ingin agar dipatuhi dan
diikuti perintahnya. Ia takut apabila orang lain memperoleh nikmat, berbalik
dan tidak mau tunduk kepadanya.
4.
Merasa ta’ajub
dan heran terhadap kehebatan dirinya. Hal ini sebagaimana yang
biasa terjadi pada umat-umat terdahulu saat menerima dakwah dari rasul Allah. Mereka heran manusia yang sama
dengan dirinya, bahkan yang lebih rendah kedudukan sosialnya, lalu menyandang
pangkat kerasulan, karena itu mereka mendengki-nya dan berusaha menghilangkan
pangkat kenabian tersebut.
5.
Takut mendapat saingan
dalam memperoleh sesuatu.
6.
Ambisi memimpin (hubbur
riyasah); sehingga tidak melihat sisi kelemahan dari dirinya. Sifat ini
berkaitan dengan hubbul jah (senang pangkat/kedudukan).
7.
Kikir dalam hal kebaikan
terhadap sesama hamba Allah; Orang semacam ini tidak senang jika orang lain
lebih sukses darinya. Ia tidak rela Allah memberi nikmat kepada orang lain. Dan
inilah sebab kedengkian yang banyak terjadi.
Terapi Mengobati Dengki
Hasad atau dengki adalah penyakit hati paling berbahaya. Hati tidak bisa diobati kecuali dengan ilmu dan amal. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu tentang dengki, yaitu:
Hasad atau dengki adalah penyakit hati paling berbahaya. Hati tidak bisa diobati kecuali dengan ilmu dan amal. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu tentang dengki, yaitu:
- Mengetahui bahwa hasad itu sangat membahayakan kita, baik dalam hal agama maupun dunia.
- Kedengkian itu setitikpun tidak membahayakan orang yang didengki, baik dalam hal agama atau dunia, bahkan ia malah memetik manfaat darinya.
- Nikmat itu tidak akan hilang dari orang yang kita dengki hanya karena kedengkian kita.
- Lebih baik tinggalkan sifat dengki, karena tidak ada manfaatnya, malah menimbulkan sakit hati berkepanjangan dan bisa mebawa kita pada siksa akhirat.
- Kemenangan itu ada pada orang yang didengki. Dalam hal agama, orang yang didengki teraniaya oleh Anda, apalagi jika kedengkian tercermin dalam kata-kata, umpatan, penyebaran rahasia, kejelekan dan lain sebagainya. Balasannya akan dijumpai di akhirat. Sementara kemenangannya di dunia, orang yang didengki senang, karena musuhnya tersiksa karena kedengkian yang dilakukannya.
Adapun mengobati hati
yang dengki dengan amal yaitu melakukan hal yang berlawanan dengan kedengkian.
Misalnya, jika dalam jiwa kita ada iri hati kepada seseorang, hendaknya kita
berusaha untuk memuji perbuatan baiknya. Jika jiwa ingin sombong, hendaknya
kita melawannya dengan rendah hati, jika dalam hati kita terbetik keinginan
menahan nikmat pada orang lain maka hendaknya kita berdo’a agar nikmat itu
ditambahkan. Dan hendaknya kita teladani perilaku orang-orang salaf yang bila
mendengar ada orang iri padanya, maka mereka segera memberi hadiah kepada orang
tersebut.
Ada baiknya kita
renungkan kata-kata Ibnu Sirin: “Saya tidak pernah mendengki kepada seorangpun
dalam urusan dunia, sebab jika dia penduduk Surga, maka bagaimana aku
menghasudnya dalam urusan dunia sedangkan dia berjalan menuju Surga. Dan jika
dia penduduk Neraka, bagaimana aku menghasud dalam urusan dunianya sementara
dia sedang berjalan menuju ke Neraka.”
sumber: Berbagai sumber/Alsofwah
Editor : Aiman | Global-Islam.com
Posting Komentar