Awas hindari Iri dan Dengki

Rabu, 04 Maret 20150 komentar



GLOBAL-ISLAM.COM -Wahai umat Islam ! Iri hati akan semakin buruk apabila terjadi di antara orang-orang yang bergelut di bidang ilmu dan dikenal sebagai orang yang baik dan rajin berdakwah. Iri hati banyak terjadi di antara kolega, teman sejawat dan rekan-rekan. Dan juga terjadi di kalangan wanita dan orang-orang yang berambisi meraih jabatan dan kedudukan. Terkadang diantara teman-teman sejawat ada orang yang melejit dan mengungguli teman-temannya. Lalu anak panah dengki berhamburan ke arahnya dan beragam tipu daya serta dendam pun dilancarkan kepadanya. Sehingga tali persaudaraan putus, lalu timbul rasa dendam, benci dan memusuhi. Anda bisa menemukan banyak kasus semacam itu di tengah masyarakat. Betapa banyak orang-orang yang saling mendengki ! Betapa banyak orang-orang yang suka memutuskan hubungan dan bermusuhan! Mudah-mudahan Allah berkenan memberi mereka hidayah. Tidak mengherankan bila musuh-musuh Islam menaruh dengki kepada umat Islam. Yang mengherankan adalah meraknya saling mendengki antar sesama muslim. 
 
Iri dan dengki merupakan sifat tidak terpisahkan dari diri manusia. Banyak orang tidak bisa menghindarkan dirinya dari sifat iri dan dengki, yang kerap muncul dari berbagai hal yang ditemuinya. Misal, dengki kepada tetangga yang punya mobil baru, dengki kepada saudara yang penghasilannya tinggi, dengki kepada teman yang naik jabatan dan sebagainya. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Adakah penyembuhnya?
Hakekat Dengki

Rasa dengki dan iri baru tumbuh ketika orang lain menerima nikmat. Biasanya, jika seseorang mendapatkan nikmat, maka ada dua sikap pada manusia. Pertama, benci terhadap nikmat yang diterima kawannya dan senang bila nikmat itu hilang daripadanya. Sikap inilah yang disebut hasud, dengki dan iri hati. Kedua, ia tidak menginginkan nikmat itu hilang dari kawannya, tapi ia berusaha keras bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu. Sikap kedua ini dinamakan ghibthah (keinginan). Yang pertama dilarang sedang yang kedua diperbolehkan.
Dalam bahasa sarkasme, pendengki adalah orang yang senang melihat orang lain dilanda bencana, dan itu disebut syamatah. Syamatah dengan hasad selalu berkait. Allah menggambarkan sikap dengki ini dalam firmanNya: “Bila kamu memperoleh kebaikan, maka hal itu menyedihkan mereka, dan kalau kamu ditimpa kesusahan maka mereka girang karenanya.” (QS Ali Imran: 120)
Dengki juga merupakan sikap orang-orang ahli Kitab. Allah berfirman: “Kebanyakan orang-orang ahli Kitab menginginkan supaya mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, disebabkan karena kedengkian (hasad) yang ada dalam jiwa mereka.” (QS Al Baqarah : 109)
Kedengkian pula yang menyebabkan saudara-saudara Nabi Yusuf a.s ingin menghabisi nyawanya. (lihat QS Yusuf: 8-9)
Terhadap orang-orang pendengki tersebut Allah dengan keras mencela: “Apakah mereka dengki kepada manusia lantaran karunia yang Allah berikan kepadanya?” ; …Dan cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang menyala-nyala apinya.” (QS An Nisaa’ : 54-55)
Rasa dengki umumnya muncul karena kecintaan pada dunia dan biasanya terjadi pada orang-orang terdekat, misalnya antarkeluarga, teman, tetangga dan orang-orang berdekatan lainnya. Sebab rasa dengki itu timbul karena saling berebut pada satu tujuan. Hal tersebut tak akan terjadi pada orang-orang yang saling berjauhan, karena pada keduanya tidak ada ikatan sama sekali.
Sebab-sebab Dengki:
1.     Permusuhan; Ini adalah penyebab kedengkian yang paling parah. Seseorang tidak suka melihat orang lain yang menjadi musuhnya memperoleh nikmat. Kedengkian itu akan terus muncul, selama permusuhan terjadi.
2.     Ta’azzuz (merasa paling mulia); Ia keberatan bila ada orang lain melebihi dirinya. Ia takut jika orang lain mendapatkan kekuasaan pengetahuan atau harta yang bisa mengungguli dirinya.
3.     Takabur atau sombong;  Ia memandang remeh orang lain dan karena itu ia ingin agar dipatuhi dan diikuti perintahnya. Ia takut apabila orang lain memperoleh nikmat, berbalik dan tidak mau tunduk kepadanya.
4.     Merasa ta’ajub dan heran terhadap kehebatan dirinya. Hal ini sebagaimana yang biasa terjadi pada umat-umat terdahulu saat menerima dakwah dari rasul Allah. Mereka heran manusia yang sama dengan dirinya, bahkan yang lebih rendah kedudukan sosialnya, lalu menyandang pangkat kerasulan, karena itu mereka mendengki-nya dan berusaha menghilangkan pangkat kenabian tersebut.
5.     Takut mendapat saingan dalam memperoleh sesuatu.
6.     Ambisi memimpin (hubbur riyasah); sehingga tidak melihat sisi kelemahan dari dirinya. Sifat ini berkaitan dengan hubbul jah (senang pangkat/kedudukan).
7.     Kikir dalam hal kebaikan terhadap sesama hamba Allah; Orang semacam ini tidak senang jika orang lain lebih sukses darinya. Ia tidak rela Allah memberi nikmat kepada orang lain. Dan inilah sebab kedengkian yang banyak terjadi.
Terapi Mengobati Dengki
Hasad atau dengki adalah penyakit hati paling berbahaya. Hati tidak bisa diobati kecuali dengan ilmu dan amal. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu tentang dengki, yaitu:
  • Mengetahui bahwa hasad itu sangat membahayakan kita, baik dalam hal agama maupun dunia.
  • Kedengkian itu setitikpun tidak membahayakan orang yang didengki, baik dalam hal agama atau dunia, bahkan ia malah memetik manfaat darinya.
  • Nikmat itu tidak akan hilang dari orang yang kita dengki hanya karena kedengkian kita.
  • Lebih baik tinggalkan sifat dengki, karena tidak ada manfaatnya, malah menimbulkan sakit hati berkepanjangan dan bisa mebawa kita pada siksa akhirat.
  • Kemenangan itu ada pada orang yang didengki. Dalam hal agama, orang yang didengki teraniaya oleh Anda, apalagi jika kedengkian tercermin dalam kata-kata, umpatan, penyebaran rahasia, kejelekan dan lain sebagainya. Balasannya akan dijumpai di akhirat. Sementara kemenangannya di dunia, orang yang didengki senang, karena musuhnya tersiksa karena kedengkian yang dilakukannya.
Adapun mengobati hati yang dengki dengan amal yaitu melakukan hal yang berlawanan dengan kedengkian. Misalnya, jika dalam jiwa kita ada iri hati kepada seseorang, hendaknya kita berusaha untuk memuji perbuatan baiknya. Jika jiwa ingin sombong, hendaknya kita melawannya dengan rendah hati, jika dalam hati kita terbetik keinginan menahan nikmat pada orang lain maka hendaknya kita berdo’a agar nikmat itu ditambahkan. Dan hendaknya kita teladani perilaku orang-orang salaf yang bila mendengar ada orang iri padanya, maka mereka segera memberi hadiah kepada orang tersebut.
Ada baiknya kita renungkan kata-kata Ibnu Sirin: “Saya tidak pernah mendengki kepada seorangpun dalam urusan dunia, sebab jika dia penduduk Surga, maka bagaimana aku menghasudnya dalam urusan dunia sedangkan dia berjalan menuju Surga. Dan jika dia penduduk Neraka, bagaimana aku menghasud dalam urusan dunianya sementara dia sedang berjalan menuju ke Neraka.”
sumber: Berbagai sumber/Alsofwah
 Editor : Aiman | Global-Islam.com

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Globalislam.com / media islam network - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger