Jatuh cinta pada seseorang adalah
anugerah ilahi, namun dapat berdampak sangat buruk ketika kita tak mampu
mengendalikan nafsu. Apalagi jika mencintai seseorang selain pasangan hidup
kita.
Pernahkah mendengar kisah khalifah
Umar Bin Abdul Aziz yang jatuh cinta pada budak perempuan yang dimiliki
istrinya? Kisah beliau yang luar biasa dan tentu saja dapat membuat kita merinding
dan tergetar hati, insya Allah menginspirasi kita untuk tidak
memperturuti hawa nafsu ketika diuji dengan rasa cinta pada seseorang selain
pasangan.
Dikisahkan bahwa Umar bin Abdul Aziz
pernah jatuh cinta dengan sangat mendalam terhadap budak perempuan milik
istrinya, Fathimah binti Abdul Malik.
Perempuan itu memang hanyalah
seorang budak perempuan, namun, ia sangat cantik jelita, mengalahkan banyak
wanita merdeka di zamannya, dan budak itu milik Fathimah binti Abdul Malik bin
Marwan, istri Umar bin Abdul Aziz.
Sebelum Umar bin Abdul Aziz menjadi
khalifah, berkali-kali ia meminta kepada Fathimah, istrinya, agar sang istri
menghibahkan budak perempuan itu kepadanya, atau menjualnya kepadanya. Namun,
karena budak itu sangat cantik jelita, dan sang istri mengetahui betapa berat
dan mendalam “rasa cinta” Umar bin Abdul Aziz kepadanya, sang istri tidak mau
memenuhi permintaan sang suami. Wajar lah, wanita mempunyai rasa cemburu, dan
ia takut “kalah bersaing” dengan sang budak itu.
Sang amah atau budak perempuan itu
pun mengetahui betapa berat dan mendalam “rasa cinta” Umar bin Abdul Aziz
kepadanya.
Sampai akhirnya, tibalah masa di
mana tanggung jawab kehilafahan jatuh pada Umar bin Abdul Aziz.
Perlu diketahui bahwa dulunya gaya hidup Umar bin Abdul Aziz adalah gaya hidup istana, penuh dengan kemewahan dan bergelimang dalam harta dan fasilitas.
Perlu diketahui bahwa dulunya gaya hidup Umar bin Abdul Aziz adalah gaya hidup istana, penuh dengan kemewahan dan bergelimang dalam harta dan fasilitas.
Bahkan life style Umar bin Abdul
Aziz yang sangat berbeda dari sisi kehebatan penampilannya itu, sampai-sampai
muncul istilah: Cara berpakaian Umar, parfum Umar, gaya berjalan Umar, dan
sebagainya. Banyak anak gadis menjadikan Umar bin Abdul Aziz sebagai model
dalam life style mereka.
Dulunya, Umar bin Abdul Aziz adalah
seorang pemuda yang bercita-cita “unik”. Sewaktu masih lajang, cita-citanya
adalah menikahi Fathimah binti Abdul Malik bin Marwan, putri cantik jelita anak
khalifah yang sangat terkenal itu. Maka ia persiapkan dirinya sedemikian rupa,
baik materi maupun immateri, agar dapat memenangkan “kompetisi” dalam
“memperebutkan” Fathimah bin Abdul Malik. Dan akhirnya, berhasil lah ia
menikahi Fathimah binti Abdul Malik.
Lalu, ia pun bercita-cita ingin
menjadi gubernur Madinah, satu jabatan kegubernuran yang paling bergengsi pada
zaman itu, dan posisi yang paling banyak diminati oleh keluarga besar Bani
Umayyah. Maka ia pun mempersiapkan diri sebaik-baiknya, baik dari sisi
kapasitas moral, ilmiah, dan sebagainya, agar pilihan sang khalifah jatuh
kepadanya untuk menjadi gubernur Madinah. Dan akhirnya, cita-cita ini pun
berhasil ia raih.
Sukses menjadi gubernur Madinah, ia
pun bercita-cita ingin menjadi khalifah. Maka ia persiapkan diri
sebaik-baiknya, agar saat cita-cita itu tercapai, ia menjadi seorang khalifah
yang sukses, dunia dan akhirat. Dan akhirnya, ia pun menjadi seorang khalifah.
Karena sudah tidak ada lagi cita-cita
duniawi yang lebih tinggi dari khalifah, maka, setelah ia menjadi khalifah, ia
bercita-cita ingin masuk syurga Allah SWT.
Maka dipilihkan gaya hidup baru
sebagai cara dan jalan untuk menggapai cita-citanya yang terakhir ini, di
samping dengan cara menjadi khalifah yang seadil-adilnya.
Dan gaya hidup baru itu adalah gaya
hidup zuhud. Maka seluruh harta yang ia miliki ia jual, dan hasilnya diserahkan
ke baitul mal, sementara itu, sebagai seorang khalifah, ia hanya mengambil gaji
dua dirham perhari, atau 60 dirham perbulan.
Sehingga, setelah ia menjadi
khalifah, ia hidup sebagai seorang yang sangat miskin, dan fisiknya pun tidak
lagi perlente, megah dan mewah seperti dahulu.
Kembali kepada kisah cintanya..
Setelah Umar bin Abdul Aziz menjadi
miskin, dan hari demi hari disibukkan oleh upayanya menjadi seorang khalifah
yang adil, istrinya, Fathimah bin Abdul Malik, merasa iba dan kasihan
kepadanya. Maka dihibahkanlah budaknya yang cantik jelita itu kepada Umar bin
Abdul Aziz.
Di luar dugaan sang istri dan budaknya
sekaligus, ternyata Umar bin Abdul Aziz menolak hibah tersebut.
Momentum penghibahan itu terjadi
setelah Umar bin Abdul Aziz bercita-cita ingin masuk syurga. Sementara Umar bin
Abdul Aziz tahu betul bahwa syurga itu diperuntukkan bagi seseorang yang
memenuhi kriteria tertentu, yang diantaranya adalah firman Allah SWT:
“dan Adapun orang-orang yang
takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).” (Q.S. An-Nazi’at: 40 –
41).
Bahkan Umar bin Abdul Aziz bertindak
lebih jauh dari sekedar menolak hibah istrinya itu, meskipun hibah itu sendiri
adalah budak perempuan yang sangat cantik jelita dan yang “dicinta”-nya secara
berat dan mendalam. Umar bin Abdul Aziz bahkan meminta budah perempuan itu
dinikahkan oleh seorang prajurit.
Budak perempuan itu pun menangis dan berkata: “Kalau begini jadinya, mana bukti cintamu selama ini wahai amirul mukminin? Apakah engkau sudah tidak mencintaiku lagi?”
Budak perempuan itu pun menangis dan berkata: “Kalau begini jadinya, mana bukti cintamu selama ini wahai amirul mukminin? Apakah engkau sudah tidak mencintaiku lagi?”
Umar menjawab: Cinta itu tetap ada di
dalam hatiku, bahkan jauh lebih kuat daripada yang dahulu-dahulu, akan tetapi,
kalau aku menerimamu, aku khawatir tidak termasuk dalam golongan orang yang
“menahan dirinya dari keinginan hawa nafsu” sebagaimana yang difirmankan Allah
SWT dalam Q.S. An-Nazi’at: 40 – 41.
Maasya Allah, Allaahu Akbar!
Mampukah kita memaknai cinta pada
manusia sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada Allah? Hidup di dunia yang
amat sebentar, semoga tidak membuat kita khilaf apalagi kalap memperturuti hawa
nafsu.
Cintailah pasangan hidup kita,
meskipun ada seseorang yang lebih kita cintai dan mungkin lebih mencintai kita.
Sumber: (Majalah Ummi/Globalislam)
Posting Komentar